KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Beriring salam tidak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga kita bisa membedakan antara
baik dan buruk.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Makalah Ilmu
Gizi dan Kesehatan, yang berjudul tentang Zat Aditif (tambahan) Makanan, Semoga dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan yang tentunya memiliki nilai-nilai kebaikan yang sangat
tinggi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. kritik dan saran yang
membangun kami harapkan agar makalah ini lebih sempurna.
Sungai Penuh, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………….........……….....…………….i
Daftar isi………………………………………………………….........…….....………..ii
BABI. PENDAHULUAN……………………………………………..............………..1
Daftar isi………………………………………………………….........…….....………..ii
BAB
A.
Latar belakang
BAB II. PEMBAHASAN
...............................................................................................
2
a.
Pengertian
Zat Aditif
b.
Pengolongan
Zat Aditif
1.
Secara umum
2.
Berdasarkam
sumber
c.
Jenis – jenis
Zat Aditif
1.
Zat pewarna
2.
Zat pengawet
3.
Zat pemanis
BAB III.
PENUTUP…………………...………….…………………….....….........……3
- Kesimpulan
- Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada dasarnya baik masyarakat desa
maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif makanan dalam kehidupannya
sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di definisikan sebagai bahan
yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan
mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet,
pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti
gumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai
familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah merebak kasus penggunaan
formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging yang terjadi
pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet
agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme.
Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif
dalam memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan mana yang
berbahaya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
ZAT ADITIF
Zat aditif adalah zat yang di
tambahkan, dan dicampur pada waktu pengolahan makanan baik itu disengaja
ataupun tidak disengaja.
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksud
Aditif Makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Termasuk kedalamnya pewarna, penyedap rasa dan
aroma, pemantap, pengemulsi, pemucat, pengawet, dan pengental.

Fungsi
Zat Aditif Makanan:
1.
Memperbaiki
tampilan
2.
Meningkatkan
cita rasa
3.
Memperkaya
kandungan gizi
4.
Mengawetkan
(tidak cepat busuk)
B.
PENGOLONGAN
ZAT ADITIF
1.
Secara Umum
Pada umumnya bahan
tambahan dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:
a.
Aditif
sengaja
Yaitu aditif yang diberikan dengan
sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkat
konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman atau kebasaan,
memantapkan bentuk dan rupa dan lain sebagainya.
b.
Aditif tidak
disengaja
Yaitu aditif yang terdapat dalam
makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
2.
Berdasarkan
Sumber
a.
Aditif Alami
Yaitu
yang berasal dari sumber alami. seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain.
b.
Aditif
Sintetik
Yaitu
yang berasal dari bahan-bahan kimia ( buatan pabrik ). seperti karoten, asam
askorbat, dan lain-lain.
C.
JENIS – JENIS
ZAT ADITIF
1.
Zat Pewarna
Ø Alami
·
Pigmen ( merah,
coklat )
·
Klorofil (
hijau )
·
Karatenoid (
kuning )
·
Tannin (
kuning )
·
Karamel (
coklat )
Kelebihan: Aman
dikonsumsi, menghasilkan aroma yang enak dan khas selain warnaya.
Kekurangan: Pilihan
warnanya terbatas dan warnaya tidak tajam seperti pewarna sintesis, tidak
praktis.
Ø Sintetik
·
Tartrazine ( kuning )
·
Amaranth ( merah )
·
Sunset
yellow (orange )
·
Brilliant
blue ( biru )
Kelebihan: Pilihan
warna banyak, dan praktis.
Kekurangan: Tidak
menghasilkan aroma, ada pewarna yang tidak cocok untuk makanan dan beresiko
menimbulkan penyakit.
Ø Zat Pewarna Makanan dan Minuman Yang Diizinkan di
Indonesia.
I.
Zat warna
alam
Merah
Alkanat 75520
Merah Cochineal red
(karmin) 75470
Kuning
Annato 75120
Kuning
Karoten 75130
Kuning
Kurkumin 75300
Kuning
Safron 75100
Hijau
klorofil 75810
Biru
Ultramarin 77007
Coklat
Karamel -
Hitam
Carbon black 77266
Hitam
Besi oksida 77499
Putih
Titanium
dioksida 77891
II.
Zat warna
sintetik
Merah
Carmoisine 14720
Merah
Amaranth 16185
Merah Erythrosim 45430
Oranye
Sunset yellow 15985
Kuning
Tartrazine 19140
Kuning
Quineline yellow 47005
Hijau
Fast green
FCF 42053
Biru
Brilliant
blue FCF 42090
Biru
Indigocarmine 42090
Ungu Violet
GB 42640
2.
Zat Pengawet
Ø Zat Pengawet Yang diizinkan
Beberapa bahan
pengawet diperbolehkan untuk dipakai, namun kurang aman jika digunakan secara
berlebihan. Bahan-bahan pengawet tersebut, antara lain sebagai berikut :
- Kalsium Benzoat, Bahan pengawet ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora,
dan bakteri bukan pembusuk.
- Sulfur Dioksida (SO2), Bahan pengawet ini
juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirop,
dan acar.
- Kalium Nitrit, Kalium nitrit berwarna
putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang
singkat.
- Kalsium Propionat/Natrium Propionat dan
Natrium Metasulfat, Ketiganya termasuk dalam golongan asam propionat,
sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan
pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung.
- Asam Sorbat, Beberapa produk beraroma
jeruk, berbahan keju, salad, buah, dan produk minuman kerap ditambahkan
asam sorbat.
Ø Zat Pengawet Yang Tidak diizinkan
Hampir semua
makanan dalam kemasan menggunakan bahan pengawet. apalagi Pada zaman sekarang
ini menuntut penyajian yang serba cepat dan tahan lama.
Zat pengawet yang tidak boleh digunakan karena memang tidak layak
dikonsumsi atau berbahaya. misalnya boraks, formalin, dan rhodamin-B. Formalin
tidak boleh digunakan karena dapat menyebabkan kanker paru-paru dan gangguan
pada alat pencernaan dan jantung. biasanya formalin digunakan untuk mengawetkan
mayat. Adapun penggunaan boraks sebagai pengawet makanan dapat menyebabkan
gangguan pada otak, hati, dan kulit. selain itu ketiga zat ini termasuk zat
yang bersifat karsinogen (penyebab timbulnya kanker).
3.
Zat Pemanis
§ Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan
yang paling tua. Tingkat
kemanisan sakarin kurang lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula
pasir. Namun, jika penambahan sakarin terlalu banyak justru menimbulkan
rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan
minuman fermentasi biasanya diberi pemanis sakarin. Sakarin sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena
harganya yang murah. Namun penggunaan sakarin tidak boleh melampaui
batas maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik.
Dalam setiap kilogram bahan makanan, kadar sakarin yang
diperbolehkan adalah 50–300 mg.
kemanisan sakarin kurang lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula
pasir. Namun, jika penambahan sakarin terlalu banyak justru menimbulkan
rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan
minuman fermentasi biasanya diberi pemanis sakarin. Sakarin sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena
harganya yang murah. Namun penggunaan sakarin tidak boleh melampaui
batas maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik.
Dalam setiap kilogram bahan makanan, kadar sakarin yang
diperbolehkan adalah 50–300 mg.
§ Sukralosa
Sukralosa
dihasilkan dari proses klorinasi sukrosa. Pemanis ini mempunyai tingkat relatif
kemanisan yang sangat tinggi terhadap sukrosa yaitu 550-750 kalinya. Keuntungan
lain pemanis ini adalah sifatnya yang tidak menyebabkan karies dan tidak
merusak gigi, sehingga cocok untuk digunakan dalam industri kembang gula
Sukralosa juga bersifat non-nutritif, dicirikan dari rendahnya kalori yang dihasilkan yaitu sekitar 2 kalori per satu sendok teh, sehingga dapat digunakan untuk penderita diabetes dan program penurunan berat badan.
Sukralosa juga bersifat non-nutritif, dicirikan dari rendahnya kalori yang dihasilkan yaitu sekitar 2 kalori per satu sendok teh, sehingga dapat digunakan untuk penderita diabetes dan program penurunan berat badan.
§
Siklamat
Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium
siklamat dengan tingkat kemanisan yang dihasilkan kurang lebih
30 kali lebih manis daripada gula pasir. Makanan dan minuman
yang sering dijumpai mengandung siklamat antara lain: es
krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman
fermentasi. Beberapa negara melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen. Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500–3.000 mg per kg bahan makanan.
siklamat dengan tingkat kemanisan yang dihasilkan kurang lebih
30 kali lebih manis daripada gula pasir. Makanan dan minuman
yang sering dijumpai mengandung siklamat antara lain: es
krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman
fermentasi. Beberapa negara melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen. Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500–3.000 mg per kg bahan makanan.
§
Aspartam
Aspartam mempunyai nama kimia aspartil fenilalanin metil ester, merupakan pemanis yang digunakan
dalam produk-produk minuman ringan. Aspartam merupakan pemanis yang berkalori
sedang. Tingkat kemanisan dari aspartam 200 kali lebih manis daripada gula
pasir. Aspartam dapat terhidrolisis atau
bereaksi dengan air dan kehilangan rasa manis, sehingga lebih cocok
digunakan untuk pemanis yang berkadar air rendah.
bereaksi dengan air dan kehilangan rasa manis, sehingga lebih cocok
digunakan untuk pemanis yang berkadar air rendah.
§
Alitam
merupakan
senyawa yang disintesis dari asam amino L-asam aspartat. Alitam memiliki
tingkat kemanisan relatif sebesar 2.000 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan
nilai kalori 1,4 kkal/g. Beberapa negara seperti Australia, New Zealand,
Meksiko, dan RRC telah mengijinkan penggunaan alitam sebagai pemanis untuk
berbagai produk pangan (BPOM RI, 2008).
v Keuntungan dari penggunaan zat aditif
Zat aditif bukanlah bahan-bahan yang disediakan secara
alami oleh alam. Sehingga dalam penggunaannya ada keuntungan dan kerugian yang
ditimbulkannya. Keuntungan dari penggunaan zat aditif yaitu:
1.
Zat aditif
dapat mencegah reaksi yang dapat membahayakan kesehatan dari suatu bahan
makanan, jika makanan tersebut sudah disimpan terlalu lama. Seperti zat aditif
yang difungsikan sebagai pengawet.
2.
Membuat
penampakan luar dari suatu makanan menjadi lebih menarik dan enak rasanya
(untuk penggunaan zat-zat aditif kecuali pengawet).
3.
Penggunaan
zat aditif dapat menghasilkan makanan yang dapat atau tahan untuk disimpan
dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tidak selama 50 tahun.
4.
Karena
penampakan luar yang cukup menarik, serta aroma yang selalu menggoda hidung,
hal tersebut juga dapat dikategorikan sebagai peningkatan nafsu makan
seseorang.
v
Kerugiandaripenggunaanzataditif
Menurut
fungsinya ada beberapa efek negatif dalam penggunaan zat aditif, yaitu:
1.
Penggunaan
Sebagai Pewarna
Pewarna sintesis diperbolehkan untuk digunakan untuk bahan tambahan dalam makanan jika penggunaan tidak melebihi batas standar dari Departemen kesehatan (DEPKES. red) dan tentu saja agar tidak menimbulkan resiko bagi si pengguna. Dari hasil survey YLKI ditemukan adanya beberapa pewarna sintetik yang sudah dilarang tetapi masih banyak digunakan. Senyawa tersebut antara lain orange RN, auramin dan methanil yellow. Zat pewarna sintetis auramin dan ridamin banyak digunakan pada saus, terasi dan sirup. Yang termasuk golongan pewarna alammi : karoten klorofil dan covhineal, bit. Dan yang termasuk golongan pewarna sintetis : allura red, amaran, azorubun, indigotin, tartazin.
Pewarna sintesis diperbolehkan untuk digunakan untuk bahan tambahan dalam makanan jika penggunaan tidak melebihi batas standar dari Departemen kesehatan (DEPKES. red) dan tentu saja agar tidak menimbulkan resiko bagi si pengguna. Dari hasil survey YLKI ditemukan adanya beberapa pewarna sintetik yang sudah dilarang tetapi masih banyak digunakan. Senyawa tersebut antara lain orange RN, auramin dan methanil yellow. Zat pewarna sintetis auramin dan ridamin banyak digunakan pada saus, terasi dan sirup. Yang termasuk golongan pewarna alammi : karoten klorofil dan covhineal, bit. Dan yang termasuk golongan pewarna sintetis : allura red, amaran, azorubun, indigotin, tartazin.
2.
Penggunaan
Penyedap Rasa dan Aroma
Dalam batas yang wajar, penggunaan vetsin (MSG) sebagai penyedap rasa tidak akan menimbulkan efek serius tetapi jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan banyak efek samping diantaranya dapat menimbulkan kanker & kerusakan selaput otak pada anak.
Dalam batas yang wajar, penggunaan vetsin (MSG) sebagai penyedap rasa tidak akan menimbulkan efek serius tetapi jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan banyak efek samping diantaranya dapat menimbulkan kanker & kerusakan selaput otak pada anak.
3.
Penggunaan
Pemanis Buatan
Yang tergolong pemanis adalah siklamat, sakarin, aspartam, stevia/steviosida. Gejala yang sering ditimbulkan dari penggunaan pemanis adalah infeksi kandung kemih.
Yang tergolong pemanis adalah siklamat, sakarin, aspartam, stevia/steviosida. Gejala yang sering ditimbulkan dari penggunaan pemanis adalah infeksi kandung kemih.
4.
Penggunaan Bahan Pengawet
Yang termasuk golongan bhan pengawet adalah asam benzoat, asam propionat, asam sorbat dan garamnya, nitrat, nitrit (sendawa), sulfur dioksida, nipagin, nipasol. Pengawet yang tidak dianjurkan oleh Depkes adalah asam salisiat, boraks dan formalin. Boraks dan formalin bukanlah bahan pengawet makanan.
Yang termasuk golongan bhan pengawet adalah asam benzoat, asam propionat, asam sorbat dan garamnya, nitrat, nitrit (sendawa), sulfur dioksida, nipagin, nipasol. Pengawet yang tidak dianjurkan oleh Depkes adalah asam salisiat, boraks dan formalin. Boraks dan formalin bukanlah bahan pengawet makanan.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Zat aditif adalah zat yang di
tambahkan, dan dicampur pada waktu pengolahan makanan baik itu disengaja
ataupun tidak disengaja.
Untuk
mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat di
upayakan dengan beberapa cara antara lain :
1.
Secara
Internal
Mengurangi konsumsi makanan siap
saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengkonsumsi vitamin.
Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya adalah
Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam
brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam
bentuk aktif (1.25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati,
beras dan ikan.
Memberi
pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol
pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat
dari rumah
2.
Secara
Eksternal
Produsen; diperlukan kesadaran dan
tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang
diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat
aditif yang ditambahkan.
Pemerintah
melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang
berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah)
dengan memanfaatkan sumber makanan lokal.
B.
SARAN
Demikianlah hasil pembahasan makalah
kami tentang “ Zat Aditif ( tambahan ) Makanan”. Kami merasa dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kehilapan dalam penulisanya, kritik dan
saran yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAPTAR
PUSTAKA
& F.G Winarno, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama, 1997
& http://amanahmuliaame.blogspot.com/2011/04/makalah-zat-aditif.html:
Diakses tanggal 30 Maret 2012, jam 15.00 wib
& http://www.scribd.com/doc/53609483/22/C-Jenis-Jenis-Zat-Aditif#
& http://tipshidupsehat.wordpress.com/2012/03/27/apakah-zat-aditif-itu-1/
& http://epidcommunity.multiply.com/journal/item/8
No comments:
Post a Comment