BioKoe

Friday, March 27, 2015

Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) PARASITOLOGI


KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT, yang mana beliau telah melimpahkan rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Makalah ini untuk memenuhi tugas Terstruktur dalam mata kuliah “ PARASITOLOGI ”
            Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan kami waktu untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
            Akhirnya penulis merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sehat untuk perbaikan kedepannya. Namun kami berharap makalah kami ini dapat berguna bagi banyak orang dan kami khususnya. Aamiin..
Sungai Penuh,    Maret  2013


Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ........................................................................................1
B.     Permasalahan ..........................................................................................
C.     Tujuan .....................................................................................................
BAB II            : PEMBAHASAN
A.    Epidemiologi Filiariasis..........................................................................3
1.      Pengertian
2.      Hospes
3.      Hosper Reservoar
4.      Vektor
B.     Occult Filiariasis.....................................................................................8
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................9
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................                                    

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
            Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Menurut Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes, terdapat tiga spesies cacing (vector) penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah lain. Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel. Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kronis filariasis yang dilaporkan sampai tahun 2009 sudah sebanyak 11.914 kasus.
B.     PERMASALAHAN
  1. Merumuskan apa itu Epidemiologi Filariasis dan Occult Filariasis
  2. Mengetahui apa-apa saja penyebab filariasis
  3. Mengetahui apa-apa saja gejala filariasis
  4. Mengenal jenis parasit penyebab filariasis
C.     TUJUAN
            Makalah ini kami susun dengan tujuan agar kita mengetahui sejak dini apa itu penyakit filariasis dan apa-apa saja gejala nya, agar kita bisa mewaspadai penyakit ini sejak dini. dan agar kita semua dapat lebih memperhatikan kesehatan dan juga kebersihan lingkungan supaya kita terhindar dari penyakit ini yang mana umumnya parasit dari penyakit filariasis menyukai lingkungan yang tidak bersih.

BAB II
PEMBAHASAN

EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DAN OCCULT FILARIASIS
A.    Epidemiologi filariasis
1.      Pengertian
            Istilah epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari Epi: atas, pada, Demos: rakyat, Logos: ilmu. Maka epidemiologi sebenarnya berarti: ”ilmu mengenai hal-hal yang terjadi pada rakyat”.
            Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, dan dapat menyebabkan kecacatan dan stigma.
            Jadi Epidemiologi Filariasis adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit kaki gajah  dalam populasi manusia.
            Penyakit ini merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
            Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah khatulistiwa dan merupakan masalah didaerah dataran rendah. Kadang-kadang dapat juga ditemukan didaerah bukit yang tidak terlalu tinggi. Di Indonesia penyakit ini banyak ditemukan didaerah pedesaan.
            Survey prevalensi filariasis yang dilakukan oleh departemen kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi infeksi cukup tinggi bervariasi dari 0,50/0  - 19,460/0 (P2M dan PLP, 1999). Prevalensi dapat berubah-ubah dari masa ke masa dan pada umumnya ada tendensi menurun dengan adanya kemajuan dalam pembangunan yang menyebabkan perubahan lingkungan. Untuk dapat memahami Epidemiologi Filariasis, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti hospes, hospes reserpoar, vektor dan keadaan lingkungan yang sesuai untuk menunjang kelangsungan hidup masing-masing.
2.      Hospes
            Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan (suseptibel). Biasanya pendatang baru ke daerah endemi (transmigran) lebih rentan terhadap infeksi filariasis. Pada umumnya laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi karena lebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi (exposure).
3.      Hospes reservoar
            Tipe B. Malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber infeksi untuk manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah kucing dan kera terutama jenis presbytis, meskipun hewan lain mungkin juga terkena infeksi.
4.      Vektor
            Banyak spesies nyamuk telah ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung dari jenis cacing filarianya.
-          W. Bancrofti
            W.Bancrofti yang terdapat didaerah perkotaan ditularkan oleh Cx.quinquefasciatus yang tempat perindukannya air kotor dan tercemar.
W.bancrofti di daerah pedesaan dapat ditularkan oleh beberapa spesies nyamuk.
Gambar 1. W. Bancrofti

-          B.malayi
            B.malayi yang hidup pada manusia dan hewan biasanya ditularkan oleh berbagai spesies Mansonia yang berkembang biak di daerah rawa. B.malayi yang periodik ditularkan ditularkan oleh An. Barbirostris  yang memakai sawah sebagai tempat perindukannya.
Gambar 2. B. Malayi



-          B. Timori
            imori, spesies yang ditemukan di Indonesia sejak 1965 hingga sekarang hanya di temukan di daerah NTT dan Timor Timur, di tularkan oleh An.barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah, di dekat pantai maupun didaerah pedalaman.

Gambar 3. B. Timori
            Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah bila orang tersebut di gigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (mikrofilaria infektif). Nyamuk tersebut mendapat larva cacing kecil (larva stadium I) sewaktu menghisap darah penderita atau binatang reservoir yang mengandung mikrofilaria.
            Siklus Penularan penyakit ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk (sebagai vektor) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (sebagai hospes) dan reservoir.
B.     Occult Filariasis (Tropical Pulmonary Eosinophilia)
            Ocullt Filariasis adalah penyakit filariasis limfatik, yang di sebabkan oleh penghancuran mikrofilia dalam jumlah yang berlebihan oleh sistem kekebalan penderita. Mikrofilia dihancurkan oleh zat anti dalam tubuh hospes akibat hiper sensitivitas terhadap antigen mikrofilia. Contoh yang paling jelas adalah Tropical Pulmonary Eosinophilia (TPE)
            Gejala penyakit ini di tandai dengan hipereosinofilia, kelainan klinis yang menahun berupa pembengkakan kelenjar limfe dan gejala asma bronkial. Hipereosinofilia merupakan tanda utama dan gejala ini sering kali merupakan petunjuk kearah etiologi penyakit tersebut.
            Kelenjar yang sering terkena adalah kelenjar limfe inguinal. Kadang-kadang dapat pula terkena kelenjar limfe leher, atau kelenjar limfe ditempat lain. Bila paru terkena maka gejala klinis dapat batuk dan sesak napas, teruatama pada waktu malam. Gejala lain dapat berupa demam subfebril, pembesaran limfa dan hati.
            Mikrofilia tidak di jumpai di dalam darah, tetapi mikrofilia atau sisa-sisa nya dapat di temukan di jaringan kelenjar limfe, paru, limpa dan hati. Pada jaringan tersebut terdapat benjolan-benjolan kecil berwarna kuning kelabu dengan penampang 1-2 mm, terdiri dari infiltrasi sel eosinafil yang di kenal dengan nama benda meyers kouwenaar. Di dalam benda-benda inilah dapat di temukan sisa-sisa mikrofilia.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Penyakit filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
            Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan (suseptibel).
            Ocullt Filariasis adalah penyakit filariasis limfatik, yang di sebabkan oleh penghancuran mikrofilia dalam jumlah yang berlebihan oleh sistem kekebalan penderita. Mikrofilia dihancurkan oleh zat anti dalam tubuh hospes akibat hiper sensitivitas terhadap antigen mikrofilia. Contoh yang paling jelas adalah Tropical Pulmonary Eosinophilia (TPE)
            Gejala penyakit ini di tandai dengan hipereosinofilia, kelainan klinis yang menahun berupa pembengkakan kelenjar limfe dan gejala asma bronkial. Hipereosinofilia merupakan tanda utama dan gejala ini sering kali merupakan petunjuk kearah etiologi penyakit tersebut.
B.     Saran
            pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang “ berjudul EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DAN OCCULT FLARIASIS“ ini masih jauh dari kesempurnaan   masih banyak terdapat kekurangan . maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sipatnya membangun demi kesempurnaan makalah kami ini .

DAFTAR PUSTAKA 
v  Susanto, Inge, dkk,(2008), PARASITOLOGI KEDOKTERAN, Jakarta :Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sistem Syaraf (Struktur Hewan)


KATA PENGANTAR
  
            Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Serta shalawat dan salam kita hadiahkan kepada arwah Nabi kita Muhammad SAW, semoga kita mendapat safaat dikemudian hari kelak.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan kami waktu untuk dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya penulis merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sehat untuk perbaikan kedepannya. Namun kami berharap makalah kami ini dapat berguna bagi banyak orang dan kami khususnya. Amin.
  
Sungai Penuh,    Mei 2013


Penyusun


DAFTAR ISI
  
Kata Pengantar..………………………………………...............……………1
Daftar isi………….……………………………………......…….....………..2
BAB I. PENDAHULUAN……...…………………….........…….....………..3
A.    Latar belakang………………………………………………………..
B.     Batasan masalah……………………………………………………..
C.     Tujuan Penulisan…………………………………………………….
BAB II. PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A.    Pengertian sistem saraf………………………………………………
B.     Sel saraf (Neuron)……………………………………………………
C.     Impuls………………………………………………………………..
D.    Susunan sistem saraf Manusia……………………………………….
E.     Mekanisme pengantar impuls……………………………………….
BAB III. PENUTUP…….....………….…………….........……….....……14
A.    Kesimpulan.
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN


a.      Latar belakang
            Bagaimana kita bisa merasakan sakit ketika di cubit?, bagaimana terjadi reflek ketika tangan tersulut api?, bagaimana kita melihat, mendengar dan lain sebagainya? mungkin jawabannya ada dalam pembahasan berikut, makalah ini akan membahas tentang sistem saraf.
            Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan. Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
b.      Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud sistem saraf ?
2.      Apa saja penyusun sel saraf ?
3.      Apa saja klasifikasi sistem saraf ?

c.       Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dibuatkannya makalah ini yaitu:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah anatomi fisiologi tubuh manusia
2.      Untuk mengetahui pengertian, penyusun, fungsi, dan klasifikasi sistem saraf

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sistem Saraf
            Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (Neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (Impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. 
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
1.      Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
2.      Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3.      Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

Gambar. 1 : Sel Saraf dan Susunanya
B.     Sel Saraf ( Neuron )
            Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
a.       Badan Sel
            Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.

b.   Dendrit
            Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.

c.       Akson
            Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu Sel Saraf Sensorik, Sel Saraf Motorik, Dan Sel Saraf Intermediet.
• Sel saraf sensorik
            Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
• Sel saraf motorik
            Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
• Sel saraf Intermediet
            Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.
C.    Impuls
            Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut :
a.       Perubahan dari dingin menjadi panas.
b.      Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c.       Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d.      Suara bising.
e.       Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Gerak sadar
             Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Pada gerak sadar ini, gerakan tubuh dikoordinasi oleh otak. Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) disampaikan ke otak melalui neuron sensorik. Di otak rangsangan tadi diartikan dan diputuskan apa yang akan dilakukan. Kemudian otak mengirimkan perintah ke efektor melalui neuron motorik. Otot (efektor) bergerak melaksanakan perintah otak. Contoh gerak sadar misalnya : menulis, membuka payung, mengambil makanan atau berjalan.
 Skema gerak sadar :
Rangsangan(Impuls) –> Reseptor(Indra) –> Saraf sensorik –> Otak  –> Saraf motorik –> Efektor (Otot)
b.      Gerak Refleks (Tak Sadar)
            Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini tidak melewati otak namun hanya sampai sumsum tulang belakang. Gerak refleks misalnya terjadi saat kita mengangkat kaki karena menginjak benda runcing, gerakan tangan saat tidak sengaja menjatuhkan buku, gerakan saat menghindari tabrakan dan lain sebagainya.
 Skema gerak refleks :
Rangsangan(Impuls) –> Reseptor(Indra) –> Saraf sensorik –> Sumsum Tulang Belakang –> Saraf motorik –> Efektor (Otot)
D.    Susunan Sistem Saraf Manusia
            Di dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem saraf. Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

Gambar. 2 : Susunan Sistem Saraf Manusia
A.    Sistem saraf pusat

1.      Otak
            Otak merupakan pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang disebut meninges. Selaput paling luar disebut duramater, paling dalam adalah piamater dan yang tengah disebut arachnoid. Di antara ketiga selaput tersebut terdapat cairan serebrospinal yang berfungsi untuk mengurangi benturan atau goncangan. Otak manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan sumsum lanjutan.
Gamabar. 3 : Otak Manusia dan Pembagianya
a.       Otak besar (Cerebrum)
            Otak besar memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan terbagi atas dua belahan. Belahan otak kiri melayani tubuh sebelah kanan dan belahan otak kanan melayani tubuh sebelah kiri. Otak besar terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna kelabu disebut korteks, berisi badan-badan sel saraf. Lapisan dalam berwarna putih berisi serabut-serabut saraf (neurit/akson). Otak besar berfungsi sebagai pusat kegiatan-kegiatan yang disadari seperti berpikir, mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan bergerak.
b.      Otak Kecil (Cerebellum)
            Otak kecil terletak di bawah otak besar bagian belakang. Susunan otak kecil seperti otak besar. Terdiri atas belahan kanan dan kiri. Belahan kanan dan kiri otak kecil dihubungkan oleh jembatan Varol. Terbagi menjadi dua lapis sama seperti otak besar yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasi kerja otot-otot ketika kita bergerak.
c.       Sumsum lanjutan
            Sumsum lanjutan (Medula oblongata) terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam yang berwarna kelabu karena banyak mengandung badan sel-sel saraf dan lapisan luar berwarna putih karena berisi neurit (akson). Sumsum lanjutan berfungsi sebagai pusat pengendali pernapasan, menyempitkan pembuluh darah, mengatur denyut jantung, mengatur suhu tubuh dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak disadari.
2.      Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
            Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang belakang juga dibungkus oleh selaput
 meninges. Bila diamati secara melintang, sumsum tulang belakang bagian luar tampak berwarna putih (substansi alba) karena banyak mengandung akson (neurit) dan bagian dalam yang berbentuk seperti kupu-kupu, berwarna kelabu (substansi grissea) karena banyak mengandung badan sel-sel saraf.
B.     Sistem Saraf Tepi
1.      Sistem Saraf Somatis (Sadar)
            Sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar Proses yang dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Misalnya ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.
 Sistem Saraf Somatis terdiri atas :
a.       Saraf otak (Saraf cranial),
            Saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12 pasang.
b.      Saraf sumsum tulang belakang (Saraf spinal),
            Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang . Saraf sumsum tulang belakang berfungsi untuk meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat juga meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot rangka tubuh.
2.      Sistem Saraf Autonom (Tak Sadar)
            Sistem saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf autonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi.
 Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu:
-          Sistem saraf simpatik
-          Sistem saraf parasimpatik
            Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ. Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda.
            Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.

E.     Indra
            Indra adalah kumpulan reseptor yang khas untuk menyadari suatu bentuk perubahan lingkungan. Reseptor adalah sel sensoris yang menerima stimulus, yaitu perubahan yang terjadi pada lingkungan yang kadarnya mampu menimbulkan rangsang pada sel itu. Reseptor dibedakan menurut bentuk lingkungan fisik, baik didalam tubuh mapun di luar tubuh.
Menurut bentuk lingkungan fisiknya reseptor dibagi atas :
1.      Mekanoreseptor
2.      Kemoreseptor

Jika dibedakan atas letak lingkungan fisik, apakah lingkungan dalam atau lingkungan luar tubuh, maka reseptor dibagi atas :
1.      Eksteroreseptor, reseptor untuk lingkungan luar,
2.       Interoreseptor. Reseptor untuk lingkungan dalam.

            Eksterreseptor terletak pada permukaan tubuh atau kulit, sedangkan interoreseptor berada dalam tubuh. Yang termasuk eksteroreseptor ialah reseptor untuk raba, bau, getaran, suhu, bunyi, cahaya, dan nyeri.yang termasuk interoreseptor ialah reseptor yang ada dalam alat dalam, sendi otot dan tendo.interoreseptor itu pada umunya untuk merasakan nyeri atau tegangan. Interoreseptor yang khusus terdapat dalam sendi, otot, tendo atau ligament disebut proprioreseptor.

            Eksteroreseptor itu adalah indera yang lima yang kita kenal, dan berada dalam alat khusus, yaitu : 1). Indera bau, (berada dalam hidung), 2). Indera kecap (berada pada lidah), 3). Indera raba (berada dalam kulit), 4). Indera bunyi dan keseimbangan (berada dalam telinga), dan 5). Indera cahaya (berada dalam mata).

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu sitem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri dari sitem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar.
Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu : sistem saraf sadar, dan Sistem saraf tak sadar Kemudian berdasarkan sifat kerjanya saraf tak sadar dibedakan menjadi dua yaitu: saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
B.     Saran
            Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.

DAFTAR PUSTAKA
ü  Dr. Wildan Yatim, (1997). Histologi,
ü  http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_pusat